JAKARTA – Mahalnya harga cabai membuat pedagang dan konsumen mengubah
strategi pembelian dan penjualan. Namun, itu pun tidak terlalu
mendiskon harga. Di Bekasi, cabai dijual Rp500 per butir dan di Sampit
Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, cabai layu dijual
dengan harga mahal.
“Cabai yang layu masih mahal, bahkan ada yang
mulai busuk itu masih dijual dengan harga antara Rp25.000 hingga
Rp30.000 per kilogram," kata Dewi, salah seorang pembeli di Pasar Subuh
Sampit kepada
Antara, Kamis (11/7/2013).
Dewi mengatakan kalau dalam kondisi normal, harga cabai layu itu sama dengan harga cabai yang masih segar.
Menurutnya, rasa cabai yang mulai layu memang tidak sepedas cabai
segar. Namun, di saat harga cabai mahal seperti sekarang, cabai layu
pun sudah bisa mewakili pelengkap rasa pedas saat menyantap makanan.
Pantauan di Pasar Keramat dan Pusat Perbelanjaan Mentaya, harga cabai
rawit mulai turun bervariasi. Di Pusat perbelanjaan Mentaya, harga cabai
rawit dijual Rp 80.000 per kilogram, sedangkan di Pasar Keramat dijual
antara Rp 80.000 dan Rp 90.000 per kilogram.
Sebelumnya, harga
cabai rawit di Pasar Keramat sempat mencapai Rp 110.000 per kilogram,
jauh di atas harga normal yang hanya sekitar Rp 25.000 per kilogram.
Mahalnya harga cabai rawit dikeluhkan masyarakat yang terbiasa menyukai
masakan pedas.
DI BEKASI
Sejumlah
pedagang bahan mentah bumbu masak di Kota Bekasi, Jawa Barat,
membanderol harga cabai rawit merah seharga Rp500 per butir pada hari
kedua Ramadan 1434 H/2013 M.
“Harga dari pasarnya sudah Rp120
ribu per kilogram, naik dari harga normal Rp60 ribu per kilogram," kata
Ayu (41), pedagang sayur keliling kepada Antara di Jatiasih, Kamis
(11/7/2013).
Menurutnya, pedagang terpaksa menjual komoditas
tersebut per butir Rp500 untuk menghindari kerugian. "Satu kantong
plastik isi 10 butir, saya jual Rp5.000. Kalau satuan juga boleh,
harganya Rp500 per butir," katanya.
Ayu mengatakan,
tingginya harga cabai rawit merah mengakibatkan konsumen beralih ke cabai rawit hijau karena harganya yang relatif stabil di pasaran. "Harga cabai rawit hijau masih Rp60 ribu per kilogram," katanya.
Syafri (35), pedagang sembako di Pasar Jatiasih mengaku tidak berani
menyetok cabai rawit merah dalam skala besar selama Ramadan kali ini.
“Karena harganya belum tentu sama pada hari berikutnya. Saya masih takut
rugi,” katanya.
Syafri mengaku hanya berani menyetok maksimal
35 kilogram cabai yang didatangkan dari Pasar Baru Bekasi itu. “Biasanya
saya berani stok sampai dua kali lipatnya pada Ramadan tahun lalu,”
katanya.
Menurutnya, kenaikan harga tersebut hingga kini belum
diketahui dirinya secara pasti. “Tapi kalau dengar-dengar sih, katanya
akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mahal," ujarnya.
PASAR BENHIL
Para
pedagang di pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat mengeluhkan harga
kebutuhan pokok yang kian melonjak setiap hari, mulai dari harga daging,
sayuran, hingga telur.
Kondisi tersebut, menurut salah seorang
pedagang Suharti mengakibatkan penghasilan mereka menurun karena para
konsumen mengurangi belanjanya. “Tiap hari harga naik, tidak menentu.
Misalnya saja tomat, hari ini Rp10.000 per kilogram besok bisa di atas
Rp10.000 harganya,” ujarnya.
Harga kebutuhan pokok yang semakin
melonjak merupakan dampak dari adanya kenaikan harga BBM pada 22 Juni
2013. Oleh karena itu, memasuki bulan Ramadhan ini, beberapa harga
kebutuhan pokok juga ikut melonjak, seperti bawang merah, cabe merah,
dan cabe rawit.
Saat ini, kenaikan harga sayur mayur mencapai
50%, harga daging naik mencapai 30%, sementara itu telor mengalami
kenaikan yang tidak signifikan.
Kalau telor naiknya lambat,
sekali naik Rp1.000. Awalnya Rp18.000 per kilogram lalu naik menjadi
Rp19.000, “Sekarang harganya Rp21.000," kata pedagang telur Amin.
Sementara itu, daging sapi yang sebelumnya dijual Rp85.000-Rp90.000/kg
sekarang mencapai Rp95.000-Rp100.000, hal itu mengakibatkan pendapatan
pedagang menurun hampir 40%. “Semua pembeli mengeluh harganya naik,
tetapi mau bagaimana lagi BBM naik semua juga ikut naik, Apalagi sudah
mau lebaran," ujar pedagang daging sapi, Haji Suparman.
Kenaikan harga kebutuhan pokok juga dirasakan oleh konsumen, salah
satunya Dewi seorang karyawati. “Mau bagaimana lagi, ini sudah jadi
kebutuhan sehari-hari. Agar cukup belanjanya dikurangin, biasa beli satu
kilo sekarang jadi setengah kilo. Apalagi gaji tidak ikut naik,”
katanya.
Para pedagang mengharapkan harga kebutuhan pokok tidak
melonjak semakin tinggi, sehingga tidak membebani para konsumen, dan
pemerintah segera merealisasikan penurunannya.